Jakarta- Sadra International Institute kembali bekerja sama dengan Universitas Paramadina gelar Diskusi Buku Islam dan Lingkungan Hidup karya Syekh Abdullah Jawadi Amuli pada Kamis, 7/3/24, di aula Firmanzah Universitas Paramadina. Buku ini merupakan terbitan Sadra Press tahun 2021 yang diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul Eslām va Mohīl-e Zist. Acara ini menghadirkan akademisi dan aktivis lingkungan sebagai pembedah. Dr. Husain Heriyanto merupakan dosen Universitas Paramadina yang concern terhadap isu lingkungan. Ia mengeksplorasi bagaimana filsafat dapat berkontribusi dalam permasalahan lingkungan saat ini. Adapun Parid Ridwanudin, MA, merupakan Eksekutif Nasional WALHI (Wahana Lingkungan Indonesia), ia merupakan aktivis lingkungan yang menyuarakan kelestarian lingkungan yang saat ini terancam.
Acara ini diawali dengan kata sambutan dari Dr. Fatchiah E. Kertamuda (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Univ. Paramadina). Ia mengatakan bahwa sang penulis merupakan tokoh yang luar biasa.
“Dari isi bukunya akan menggambarkan kepada kita bagaimana sosok Syekh Jawadi Amuli. Satu hal yang menarik dari buku ini, bahwa bagaimana manusia hidup harus dengan harmoni dan menjaga lingkungan kita. Kalau lingkungan hidup kita ini tidak bagus, maka akan berdampak pada manusia. Buku ini menjelaskan bagaimana perlakukan kita terhadap alam akan memberikan konsekuensinya pada manusia itu sendiri, baik positif maupun negatif. Ini yang mungkin nanti akan diulas oleh para pakar yang hadir saat ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Sadra International Institute yang telah menyelenggarakan acara diskusi buku ini. Semoga buku-buku Sadra Press ke depan dapat menjadi wacana bagi kami civitas Paramadina dan dibekali dengan pemikiran banyak tokoh yang dapat kita kupas tuntas.”
Acara ini dimoderatori oleh Dr. M. Subhi Ibrahim dan menghadirkan dua pembedah utama, yakni Dr. Husain Heriyanto dan Parid Ridwanudin, MA. Dr. Husain Heriyanto, yang telah lama mengajar filsafat lingkungan di universitas tersebut, memberikan pengantar tentang bagaimana buku ini menyoroti pentingnya melihat isu lingkungan dari perspektif filosofis dan spiritual. Menurutnya, krisis lingkungan yang kita hadapi saat ini tidak hanya merupakan krisis fisik tetapi juga krisis pemikiran dan spiritualitas yang membutuhkan solusi holistik.
Dr. Husain kemudian menjelaskan posisi ekologi Islam Syekh Jawadi Amuli terhadap gerakan ekologi lain seperti Deep Ecology dan ekologi sosial. Ia mengatakan,
“Gerakan Deep Ecology menekankan pada dimensi intraspesies di mana kita menghargai nilai kehidupan, tetapi abai terhadap persoalan sosial seperti keadilan. Banyak persoalan lingkungan terjadi karena masalah ketidakadilan. Masalah seperti ini tidak disentuh oleh deep ecology. Sementara ekologi sosial sangat concern terhadap isu-isu sosial, seperti WALHi. Namun masih kurang karena hanya mengatasi masalah lingkungan melalui persoalan sosial. Sementara ekologi Islam yang ditawarkan oleh Syekh Jawadi Amuli ini bisa mengakomodasi kedua gerakan ini, baik dari sisi ekosentris maupun dari sisi keadilan sosial. Ini relevansi prinsip-prinsip Islam yang digunakan oleh Syekh Jawadi Amuli dapat menerima dengan kedua gerakan ekologi ini. Mazhab-mazhab ekologi biasanya cenderung hanya melihat dari satu pendekatan saja. Dalam karya Syekh Jawadi Amuli ini kita akan menemukan ekologi integratif, karena visi kosmologi, visi moral, dan visi tentang nilai-nilai spiritualitas dapat menampung bagaimana gerakan-gerakan ekologi yang ada sekarang ini menjadi terpayungi dalam sebuah visi bersama. Jadi dapat terbentuk yang saya namakan dengan aliansi.”
Kemudian Bapak Parid Ridwanudin, MA yang merupakan Eksekutif Nasional WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) memberikan pandangannya selaku pembedah kedua. Ia mengatakan bahwa buku yang dibedah saat ini merupakan sebuah buku yang sangat penting. Menurutnya, belum banyak buku keislaman yang secara khusus membahas isu lingkungan, dan beliau mengapresiasi karya-karya semacam ini. Bapak Parid mengatakan bahwa di dalam buku ini Syekh Jawadi Amuli membahas tentang pentingnya pemahaman ekologi berkelanjutan dan keadilan antar generasi melalui interpretasi mendalam terhadap istilah “Ista’mara”, yang sering keliru diartikan sebagai kolonialisasi dalam bahasa Arab modern. Beliau menekankan bahwa istilah ini sebenarnya mengandung makna positif tentang pemakmuran bumi dan mengajak untuk melakukan dekonstruksi terhadap politik bahasa yang menyimpang. Kritik tajam juga disampaikan terhadap struktur ekonomi politik global yang tidak adil, dimana dominasi negara-negara industri terhadap sumber daya alam di negara-negara Selatan menghasilkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan.
Syekh Jawadi Amuli memperkenalkan konsep manusia sebagai homo ecologicus dan homo religious, yang menandai paradigma baru dalam memandang hubungan antara manusia, spiritualitas, dan alam. Beliau menyoroti peran penting pemerintahan dalam menjaga keadilan ekologis dan kelestarian lingkungan sebagai prioritas dalam kebijakan politik. Buku ini tidak hanya menawarkan perspektif baru dalam diskusi tentang lingkungan dan agama, tetapi juga mengajak komunitas global untuk mengambil tindakan kolektif dalam menjaga bumi bagi generasi yang akan datang.
Kegiatan ini berlangsung interaktif, banyak audiens yang bertanya dan mengutarakan pendapatnya. Banyak masukan-masukan berharga dari para aktivis lingkungan, pegiat sosial, dan akademisi yang hadir di tempat maupun yang mengikuti secara daring.
Acara ini ditutup dengan closing statement dari Direktur Sadra International Institute, Dr. Abdelaziz Abbaci. Ia mengatakan seperti yang dikatakan oleh Syekh Jawadi Amuli, bahwa untuk menentukan bagaimana relasi alam dan manusia, maka kita harus lebih dulu menyelidiki hakikat manusia dan alam secara ontologis, lalu mencari relasi antara keduanya. Bahwa keduanya merupakan sama-sama manifestasi wujud dari sang pemberi wujud, Tuhan Yang Mahamulia, sehingga manusia harus selaras dengan alam.