Sadra International Institute Gelar Webinar bedah buku Kitab Filsafat dengan Tajuk “Epistemologi Pandemi: Melawan Hoaks dan Disinformasi pada Jumat, 8/10/21. Kegiatan ini mengundang beberapa cendikiawan Muslim, yaitu Prof. Toto Suharto selaku Guru Besar UIN Raden Mas Said Surakarta & Dekan Fakultas Adab dan Bahasa, Nano Warno, Ph.D selaku Dosen STAI Sadra yang juga merupakan Pimpinan Pesantren Eco-Spiritual, dan juga Ammar Fauzi, Ph.D selaku Kepala Riset STAI Sadra yang juga merupakan penyunting buku Kitab Filsafat. Acara ini dipandu oleh Wahyu Hidayat, M.Ag, selaku moderator.
Gelar seminar ini merupakan kerja sama antara Sadra International Institute, STAI Sadra dan UIN Raden Mas Said Surakarta. Selain untuk meningkatkan kerja sama antar instansi, kegiatan ini juga sebagai langkah sosialisasi buku Kitab Filsafat sebagai referensi filsafat murni sebagai disiplin ilmu di Indonesia.
Ammar Fauzi selaku Keynote Speaker dan penyunting Kitab Filsafat memulai paparannya dengan menjelaskan bagaimana proses penerjemahan Kitab Filsafat ini. Kemudian ia melanjutkan bagaimana cara pandang filsafat dan logika dalam menghadapi hoaks dan disinformasi. Filsafat dan logika membantu pikiran agar tetap jernih dalam menangkap setiap berita yang sampai kepada kita. Hal ini sudah diajarkan oleh para filsuf Muslim berabad-abad lalu melalui lima seni argumentasi (shina’at al-khamsah), di mana hoaks yang sama dengan falasi (mughalathah) memang secara sekilas menyerupai kebenaran. Filsuf Muslim telah menjelaskan bagaimana cara untuk membedakan falasi ini dengan kebenaran yang sesungguhnya. Seni falasi digunakan untuk mengetahui cara kerja hoaks dalam mempengaruhi audiens, dan bagaimana cara menghindarinya.
Seperti berita-berita dan teori konspirasi tentang pandemi yang banyak beredar di kalangan masyarakat luas, misalnya, dapat kita kaji melalui seni argumentasi ini. Selain itu, melalui filsafat kita harus menelisik sebab-sebab atas pandemi yang terjadi ini. Para filsuf telah membagi sebab menjadi empat: sebab material, formal, efisien dan final. Sebab material berusaha mempertanyakan bahan dasar apa yang menyebabkan muncul atau terjadinya sesuatu. Sebab formal mempertanyakan bentuk atau struktur dari sesuatu. Sebab efisien ialah prinsip yang menjadi sumber kejadian atau faktor utama yang menyebabkan sesuatu. Adapun sebab final mempertanyakan tujuan suatu hal terjadi. Dengan analisa empat sebab ini kita dapat secara komprehensif memahami suatu kejadian, termasuk pandemi saat ini.
Pemaparan selanjutnya disampaikan oleh Prof. Toto. Prof. Toto sendiri mengapresiasi atas terbitnya buku ini, karena memang saat ini sudah jarang buku-buku bermuatan filsafat murni. Padahal filsafat sebagai ibu dari segala ilmu itu sangatlah penting, terutama bagi mahasiswa PTKI. Selain itu, ia juga menjelaskan tentang proses penerjemahan. Tantangan dari suatu penerjemahan ialah bagaimana muatan dalam bahasa asli teks (Persia) dapat dipahami oleh pembaca dalam bahasa domestik. Jadi ada dua komponen yang penting dalam penerjemahan, yakni muatan teks yang diterjemahkan dan komunikasi teks agar tersampaikan kepada pembaca. Prof. Toto mengapresiasi usaha yang dilakukan Sadra Press selaku penerbit dan Ammar Fauzi selaku penyunting sekaligus penerjemah buku ini.
Mengenai hoaks, Prof. Toto melanjutkan dengan membedakan ada dua macam hoaks. Pertama, hoaks yang disebabkan secara sadar dengan tujuan menyesatkan. Kedua ialah hoaks yang disebabkan secara tidak sadar. Hoaks tidak sadar ini disebabkan karena kelalaian dalam berpikir, dan ini masih dimaklumi. Di era saat ini, hoaks diproduksi dalam media sosial, di mana distribusi berita hoaks sangat lebih cepat menyebar, begitupun disinformasi. Penyebaran hoaks dan disinformasi secara sengaja dilakukan biasanya untuk kepentingan atau keuntungan pihak tertentu. Prof. Toto kemudian menyebutkan berbagai contoh hoaks dan disinformasi yang telah beredar di media sosial. Di Indonesia sendiri tindakan mengenai hoaks diatur dalam UU ITE 2016, di mana penyebar hoaks akan mendapatkan sanksi. Untuk menangkal hoaks, filsafat harus masuk ke dalam literasi digital. Karena di era ini, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari media digital.
Pemaparan berikutnya dilanjutkan oleh Nano Warno, Ph.D. Ia menjelaskan bagaimana isi daripada Kitab Filsafat ini. Ia kemudian melanjutkan pemaparannya mengenai hoaks dan disinformasi. Hoaks dan disinformasi harus selalu dikawal, karena dampak dari dua hal ini akan dapat memicu chaos suatu negara. Hal tersebut sudah terjadi di zaman Nabi Muhammad saw, dan masih tetap ada sampai saat ini. Faktor utama keberadaan hoaks dan disinformasi adalah kepentingan. Suatu kebenaran dapat disalahberitakan jika hal itu bertentangan dengan kepentingan penguasa, terlepas kebenaran itu bersifat teologis atau tidak. Dalam Kitab Filsafat ini, Ayatullah Mishbah Yazdi menyatakan bahwa kesempurnaan manusia hanya dapat diraih jika manusia berjalan dengan kebenaran yang termanifestasikan pada etika. Sehingga seseorang yang menciptakan hoaks dan disinformasi, termasuk orang-orang yang masih tertipu dengannya, maka tidak dapat mencapai kesempurnaan. Nano Warno juga menjelaskan bahwa kedalaman Kitab Filsafat ini akan mengantarkan pembaca untuk lebih mudah membaca Kitab Syifa’ Ibnu Sina.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan closing statement para pemateri. Diharapkan dengan webinar kali ini, kita dapat menghindari hoaks dan disinformasi di era 4.0 dengan bijaksana.