Sadra Press menghadirkan sesuatu yang berbeda kali ini. Bekerja sama dengan Pojok Ushuluddin, Sadra Press gelar bedah buku Logika Jenaka dengan gaya santai tapi penuh makna pada Kamis, 7 Februari, di Gerak-Gerik Cafe. Acara ini ramai dihadiri pegiat filsafat dan mahasiswa ushuluddin yang antusias mengikuti diskusi seru ini. Narasumber yang hadir antara lain Fakhrudin Mukhtar, MA, sang penulis buku, serta tiga pembedah, yakni Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, Lukman Hakim, MA, dan Dani Ramdani, MA. Acara ini dimoderatori oleh M.S. Wibowo.

Hadir sebagai keynote speaker Dr. Abdelaziz Abbacy selaku Direktur Sadra International Institute. Ia menekankan bahwa selama ini Sadra Press fokus pada penerjemahan dan jarang menerbitkan karya orisinil, dan Logika Jenaka ini merupakan salah satu buku original karya anak bangsa yang bagus dijadikan panduan belajar. Ia kemudian memberikan sebuah pengantar, kaitan antara manusia, logika, dan bahasa.

Fakhrudin Mukhtar kemudian berbagi pengalaman menulis buku ini. Menurutnya, Logika Jenaka adalah panduan ringan dan menyenangkan bagi siapa saja yang ingin memahami logika. Buku ini unik karena setiap bab diawali dengan kisah jenaka Nasruddin Khoja yang dikaitkan dengan prinsip logika, menjadikan konsep yang rumit terasa lebih mudah dipahami.

Dilanjutkan oleh Dani Ramdani, ia menyoroti stigma bahwa logika itu sulit, terutama karena banyak istilah teknis yang membingungkan. Namun, ia menegaskan bahwa logika sebenarnya ada dalam kehidupan sehari-hari kita. Ia bahkan menghubungkannya dengan pengalamannya di dunia politik yang menuntut kecermatan berpikir.

Lukman Hakim mengapresiasi kepiawaian penulis dalam menyederhanakan tema berat ini menjadi bacaan yang ringan dan menarik, terutama bagi generasi muda. Ia juga menyoroti bagaimana buku ini dirancang agar tetap terjangkau bagi pelajar, tanpa mengorbankan kualitas isinya. Lebih dari itu, membaca buku ini bisa membantu seseorang menilai kapasitas intelektual, termasuk figur publik. Dalam diskusi, ia mengutip pemikiran John Locke yang menginspirasi Wittgenstein dalam merumuskan logika bahasa. Menurutnya, pikiran tidak bisa dinilai sebelum dituangkan dalam bahasa, sehingga kemampuan logis menjadi sangat penting dalam kehidupan.

Prof. Amsal Bakhtiar turut menambahkan bahwa buku ini memudahkan pembaca memahami logika dengan cara yang lebih fleksibel dan menyenangkan. Ia menekankan bahwa humor pun punya dasar logis, dan banyak lelucon yang baru bisa dipahami jika kita memiliki pemahaman logika yang baik. Dalam konteks hukum, logika juga sangat esensial. Ia mencontohkan bagaimana Imam Syafi’i menggunakan logika Aristoteles dalam merumuskan fikih, bukan hanya Ibnu Rusyd. Sebagai penutup, Prof. Amsal menegaskan bahwa Logika Jenaka adalah buku yang menyajikan logika dengan cara sederhana, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Jadi, kalau masih ragu belajar logika, mungkin buku ini bisa jadi titik awal yang seru untuk menjelajah dunia pemikiran yang lebih tajam!






Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *